Menlu Retno Tegaskan TAC Jadi Pondasi Penting Jaga Perdamaian dan Stabilitas di Kawasan

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam sambutannya melalui tayangan video dalam acara dialog para ahli kebijakan dari negara-negara ASEAN yang digelar di Sekretariat ASEAN, Jakarta, pada Kamis, 6 Juli 2023 yang lalu.- Foto : Kementerian Luar Negeri
Waktu Baca : 2 minutes

JAKARTA, TANHANANEWS.COM — Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, menegaskan bahwa Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) menjadi pondasi penting dalam menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan.

Hal tersebut disampaikan Retno Marsudi dalam sambutannya melalui tayangan video dalam acara dialog para ahli kebijakan dari negara-negara ASEAN yang digelar di Sekretariat ASEAN, Jakarta, pada Kamis, 6 Juli 2023 yang lalu.

Melalui keterangan Kementerian Luar Negeri, Senin, 10 Juli 2023, Indonesia selaku Ketua ASEAN 2023 melalui Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri Indonesia menginisiasi acara tersebut dengan mengambil tema “ASEAN Policy Dialogue on the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC)”.

Dalam dialog yang dihadiri oleh perwakilan lembaga think-tank ASEAN serta ahli kebijakan dari Tiongkok dan India, TAC menjadi fokus utama pembahasan.

TAC, yang telah ada selama 47 tahun, dianggap sebagai kode hukum yang mengikat dalam hubungan antarnegara di kawasan Asia Tenggara.

Peserta dialog sepakat bahwa TAC memiliki relevansi yang besar dalam menghadapi tantangan geopolitik saat ini. Meskipun TAC pertama kali disepakati pada era Perang Dingin, prinsip-prinsipnya tetap relevan dalam menghadapi persaingan dan ketegangan geopolitik kontemporer.

Dr. Yayan G.H. Mulyana, Kepala BSKLN, menekankan pentingnya TAC dalam menghadapi kondisi dinamis di kawasan dan global.

Dalam paparannya, Kepala BSKLN menyoroti pentingnya mengevaluasi peluang dan implikasi dari universalisasi TAC, mengingat saat ini sudah ada 50 negara di berbagai kawasan yang telah mengaksesi perjanjian tersebut.

Ia berharap bahwa dialog kebijakan ASEAN yang pertama ini dapat menjadi langkah awal untuk membangun komunitas bagi para perumus kebijakan strategis dari negara anggota ASEAN dan mitra mereka.

“Dalam 47 tahun ke depan kita diharapkan melihat Asia Tenggara berkembang pesat menjadi kawasan yang menyebarkan perdamaian, kestabilan, dan kemajuan dengan menghormati prinsip-prinsip Treaty of Amity and Cooperation,” harap Dr. Yayan Mulyana.

Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Sidharto Suryodipuro, dalam sesi penutupan dialog menyampaikan harapannya agar dialog kebijakan ASEAN tidak hanya berhenti pada diskusi, tetapi juga memberikan rekomendasi kebijakan kepada para pengambil keputusan di ASEAN.

Ia pun mengusulkan agar dialog kebijakan ini menjadi acara tahunan ASEAN yang membahas kebijakan ASEAN dalam isu-isu regional dan internasional.

Dengan adanya dialog kebijakan ini, diharapkan ASEAN dapat memperkuat peran TAC dalam menjaga perdamaian, membangun kerjasama yang inklusif, serta menghadapi tantangan yang muncul dalam dinamika geopolitik.

Kegiatan ini menunjukkan komitmen Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 untuk memajukan kawasan Asia Tenggara menjadi sebuah wilayah yang stabil, sejahtera, dan berperan aktif dalam kerjasama regional dan internasional.

REDAKSI | EDITOR: EDDY PRASETYO