
TANHANANEWS.COM, JAKARTA — Para Senior Pemuda Panca Marga (PPM-LVRI) khususnya yang pernah menjabat sebagai pengurus Pimpinan Daerah PPM wilayah di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta beserta jajaran Dewan Pertimbangan Pusat (Wantimpus) PPM-LVRI menyampaikan pernyataan sikapnya untuk mendukung penuh PP PPM-LVRI masa bakti 2024-2029 dibawah kepemimpinan Ketua Umum Berto Izaak Doko, S.H.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah acara yang diprakarsai oleh Ketua Kaderisasi dan Keanggotaan PP PPM-LVRI H.M. Agoest Zakaria yang bertajuk “Silaturahmi Para Senior Pemuda Panca Marga DKI Jakarta dengan Ketua Umum PP PPM-LVRI Berto Izaak Doko, S.H.” bertempat di Hotel 101 Urban, Jakarta, pada Jumat 30 Mei 2025.
Acara dimulai oleh Sugeng Suprijatna Wakil Ketua Wantimpus PPM-LVRI yang mengungkapkan perjalanannya berorganisasi saat menjadi Ketua PD PPM DKI Jakarta pada tahun 1986 yang dilantik dan dikukuhkan oleh Jenderal Sarwo Edhie Wibowo. Secara singkat ia sampaikan bahwa melihat perkembangan PPM-LVRI hari ini secara tegas mendukung dan bergabung dalam jajaran Wantimpus PPM-LVRI masa Bakti 2025-2029.
Selanjutnya Unggul Budi Sambodo Wakil Sekretaris Wantimpus PPM-LVRI memaparkan terkait Resimen Yudha Putra, menurutnya Resimen Yudha Putra merupakan poros terdepan dari PPM.
“Sejak Pak Tri Sutrisno menjadi Panglima ABRI keluar SKEP No. 199 B tanggal 24 desember tahun 1987 tentang pakian loreng, jadi pakaian loreng sah atas dasar SKEP yang dikeluarkan oleh Mabes ABRI,” ungkap Unggul.
Ia-pun mengatakan secara pribadi siap bergabung dengan Wantimpus, mengingat dalam penilaiannya sejak Ketum Berto menerima amanah Munaslub 2019 untuk melaksanakan konsolidasi organisasi di seluruh Indonesia secara konsisten telah terbukti secara nyata.
“Bung Berto secara mandiri menyelenggarakan Musda di 32 Provinsi dengan tidak menggunakan anggaran dari DPP LVRI yang artinya Bung Berto secara konstitusi benar-benar siap menjadi Ketua Umum PPM,” jelasnya.
Unggul juga mengungkapkan jajaran PPM dibawah kepemimpinan Berto pada akhirnya melaksanakan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) III di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2024 yang juga dihadiri dan dibuka oleh unsur DPP LVRI yang mewakili Ketua Umum DPP LVRI.
“Artinya legalitas pelaksanaan Rapimnas III tahun 2024 di NTB berserta hasil-hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, antara lain penentuan waktu pelaksanaan Munas X PPM selambat-lambatnya dilaksanakan pada Januari 2025 dan pernyataan tertulis maupun lisan dari 28 PD PPM Provinsi yang hadir meminta Bung Berto untuk memimpin kembali PPM pada periode kedua atau masa bakti 2024-2029,” ungkap Unggul.
Diakhir paparannya, Unggul kembali menegaskan bersama-sama senior PPM yang tergabung dalam Wantimpus PPM-LVRI siap mendukung sepenuhnya program kerja PP PPM-LVRI.
Salah satu tokoh PPM DKI Jakarta kelahiran Bali, Dewa Ngakan Rai Budiasa yang pernah menjabat sebagai pimpinan di Pimpinan Cabang PPM Jakarta Timur dan PD PPM DKI Jakarta tidak menyangka akan mendapatkan piagam penghargaan dan pemakaian jaket secara langsung oleh Ketum PP PPM-LVRI Berto Izaak Doko.
“Saya datang ke sini, khusus menghadiri silaturahmi. Ternyata, saya mendapat penghargaan. Saya terharu dengan pemberian penghargaan ini. Ini merupakan sebuah apresiasi dari PPM kepada saya di usia seperti ini,” ujar mantan Anggota DPRD DKI dari Partai Golkar ini.
Dewa Rai mengaku, penghargaan yang diberikan kepadanya juga merupakan sebuah bentuk pengakuan yang telah dia lakukan selama berada di PPM berkontribusi pula untuk perkembangan bangsa.
Dewa Rai sendiri berada di PPM sejak tahun 1982 silam. Kala itu, dia diajak bergabung oleh Sugeng Suprijatna Achmadi yang menjabat sebagai Ketua PPM DKI Jakarta, sekaligus Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Golkar. Dewa Rai pun, dipercaya menempati posisi sebagai Wakil Ketua PPM DKI Jakarta dari 1982-1987. Dengan posisi itu, dia diundang oleh Dandim Jakarta Timur untuk pembentukan organisasi pemuda.
“Dari situ, saya belajar berorganisasi dan politik. Saya juga bangun komunikasi dengan teman-teman,” jelasnya.
Ketika memimpin, Dewa Rai menerapkan disiplin kepada para anggotanya. Bahkan, dia melakukan latihan baris berbaris setiap minggu kepada tujuh orang sampai satu pleton anggota PPM Jakarta Timur. Kemudian, setiap tanggal 17 Agustus membuat apel dan mengirim anggotanya di berbagai wilayah di Jakarta Timur.
“Itu awal kami melakukan pengkaderan,” jelas pria Mantan Ketua Bidang OKK DPD I Golkar Bali yang juga Ketua Yayasan Yasa Putra Sedana Jro Pengaji, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar ini.
Dari posisi wakil ketua, Dewa Rai dipercaya sebagai Ketua PPM Jakarta Timur periode 1987-1992. Jabatan Ketua PPM Jakarta Timur, dia pegang lagi untuk kepengurusan lima tahun yakni dari 1992-1997. Selanjutnya, Dewa Rai naik ke tingkat Provinsi DKI Jakarta menjadi Wakil Ketua masa bakti 1997-2002. Kemudian, dia balik ke kampung halamannya di Bali.
Meski tidak menjabat lagi di PPM DKI Jakarta, Dewa Rai tetap menjalin komunikasi dengan anggota maupun pengurus di DKI Jakarta dan tingkat pusat. Oleh karena itu, dia kerap diundang menghadiri acara-acara mereka, termasuk acara silaturahmi.
Dewa Rai pun, berharap para anggota PPM di Jakarta menjadi kader bangsa terbaik. Lantaran di sana tidak ada perbedaan. Mereka bisa pula menempa diri dari bawah di organisasi tersebut.
Di akhir penyampaiannya, Dewa Rai mempersilahkan dan siap memfasilitasi kepada Ketua Umum PP PPM-LVRI Berto Izaak Doko dan jajaran yang akan melaksanakan konsolidasi organisasi PPM-LVRI di Provinsi Bali.
Senada dengan Unggul Budi Sambodo, Sekretaris Wantimpus PPM-LVRI Suryo Susilo terkait apresiasi kepada Ketum Berto yang konsisten tetap taat kepada konstitusi organisasi yaitu Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Suryo juga memaparkan tentang sejarah awal PPM dengan mengatakan bahwa “Nama PPM saat didirikan adalah PPM-LVRI, jadi nama PPM-LVRI saat ini adalah melanjutkan nama saat organisasi ini didirikan”.
“Pada tahun 1985 terbit undang-undang tentang organisasi kemasyarakatan, sehingga terjadi perubahan yang awalnya PPM merupakan anak organisasi LVRI secara struktural, mengingat undang-undang posisinya lebih tinggi dari Kepres, maka PPM tidak lagi menjadi anak organisasi LVRI dan PPM menjadi mandiri, namun karena PPM tetap menjalin hubungan secara baik dengan LVRI, dengan menempatkan LVRI sebagai pembina bersama-sama TNI dan Polri,” imbuh Suryo.
Implikasi pelaksanaan undang-undang ormas adalah melahirkan pelaksanaan musyawarah cabang (muscab), musyawarah daerah (musda) dan musyawarah nasional (munas), karena kedaulatan tertinggi dalam organisasi bukan ditangan pembina namun ditangan anggota.
“Pada era pelaksanaan Munaslub PPM 2019, dimana Bung Berto terpilih sebagai ketua umum mendapat tugas untuk melaksanakan validasi dan verifikasi, kemudian tidak rangkap jabatan mengembalikan kemurnian PPM yaitu kembali dibawah naungan LVRI dan Bung Berto selalu mengingatkan saat melaksanakan konsodilasi ke daerah-daerah,” jelas Sekretaris Wantimpus PPM-LVRI.
Suryo Susilo juga mengungkapkan adanya kejanggalan perlakuan, disaat Ketum Berto dan jajaran sudah melaksanakan seluruh ketentuan organisasi, seperti konsolidasi, rakernas dan rapimnas dari kesatu hingga ketiga, tiba-tiba DPP LVRI menerbitkan SKEP demisioner atau pembekuan dengan alasan personal.
“Secara aturan organisasi, deminisoner hanya dapat dilakukan dalam forum kedaulatan organisasi tertinggi yaitu munas, inilah yang menjadikan alasan mengapa Bung Berto tetap dapat berjalan, karena Bung Berto tetap berpegang pada AD/ART PPM bukan kepada LVRI yang tindakannya dinilai tidak sesuai dengan AD/ART,” kata Suryo.
Hal inilah yang menjadi landasan mengapa para senior PPM tetap support mendukung Ketum PPM-LVRI Bung Berto, karena Bung Berto dinilai tetap konsisten pada AD/ART PPM, mengingat dalam berorganisasi kalau melanggar konstitusi maka dipastikan organisasi akan rusak atau bubar.
“PPM-LVRI hanya melaksanakan kedaulatan anggota, jadi Bung Berto bukan melakukan perlawanan kepada LVRI, bahkan tetap memberikan penghormatan, namun kepemimpinan Bung Berto lebih kepada melaksanakan hasil forum tertinggi kedaulan anggota yaitu Munas X PPM tahun 2024,” pungkasnya.
Penyampaikan kesan dan pesan ditutup oleh Anggota Wantimpus PPM-LVRI Nehry Mangkuto dengan menyebutkan bahwa senior PPM adalah sosok yang tidak pernah berhenti sepanjang hidupnya mendedikasikan diri untuk organisasi.
“Ada yang berhenti karena panggilan Yang Maha Kuasa, namun jika berhenti karena berkhianat maka tidak layak disebut senior lagi,” tegas Nehry.
Bagi Nehry apa yang ingin disampaikan adalah sebagai bentuk rasa panggilan dan tanggung jawab moral pewaris nilai-nilai para pejuang kemerderkaan RI. Ada beberapa hal yang digaris bawahi oleh Nehry bahwa pertama ia tidak bermaksud menggurui atau merasa lebih memahami dibandingkan dengan yang lainnya, mengingat forum silaturahmi merupakan forum untuk saling berbagi pengertahuan, berbagi rasa dan berbagi pengalaman.
“Sering kita mendengar pernyataan bahwa PPM dilahirkan oleh “rahim LVRI”, sekiranya hal ini tidak diikuti dengan pemahaman, maka akan menjadi bias, seolah-olah dianggap PPM ini milik LVRI, sementara PPM dan LVRI merupakan orgnasisai yang memiliki aturan-aturan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga masing-masing,” jelas Nehry.
Nehry menjelaskan bahwa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga merupakan pedoman utama dalam menjalankan organisasi dan setiap periode akan selalu dilakukan penyesuaian sesuai dengan perkembangan jaman serta menyesuaikan dengan kebutuhan.
“Pada proses penyesuaian inilah yang kadang-kadang terjadi manipulasi. yang pada gilirannya mengaburkan pemahaman, Bahwa sejarah jangan dimanipulasi atau diputarbalikkan dalam perjalanan pelaksanaan organisasi,” kata Nehry.
Pada Munaslub PPM 2019 terjadi juga penyesuaian AD/ART yang telah disepakati dan ditetapkan, artinya apa yang tertuang dalam Bab, Pasal, Ayat dan Butir dalam AD/ART hasil Munaslub PPM 2019 menjadi sendi perjalanan organisasi sejak saat itu yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak yang tergabung dalam rumah besar PPM.
Nehry Mangkuto Ameh juga menceritakan kronologis pertemuan antara Wantimpus PPM dengan LVRI yang ujungnya mengalami kebuntuan, karena dinilai cenderang pada sikap “ketidaksukaan secara personal” dan tidak sesuai lagi dengan jargon yang diangkat yaitu “mempersatukan”.
“Terbitnya SKEP demisioner PPM jelas mencederai organisasi dan tidak medasar, mengingat konsiderannya tidak sesuai dengan AD/ART PPM hasil munaslub 2019, semestinya semua paham dalam mengelola organisasi, pernyataan demisioner hanya bisa dilakukan dilakukan dalam forum kedaulatan tertinggi organisasi, yaitu musyawarah nasional atau Munas,” ujarnya.
Alih-alih mau “mempersatukan” justru “memporakporankan” dengan main comot beberapa kepengurusan pimpinan daerah PPM yang merupakan hasil konsolidasi dan disahkan oleh PPM hasil Munaslub 2019 dengan Ketua Umum Berto.
“Bahkan dalam pertemuan dengan LVRI saya pertanyakan tolong sebutkan satu saja apa kesalahan atau hal yang dilanggar oleh Berto ?, pertanyaan ini tidak terjawab dan dialihkan pembicaraan ke hal lainnya, bukankah ini membuktikan bahwa kewenangan sudah berubah menjadi kesewenang-wenangan ?,” tanya Nehry.
Berbicara dewan pembina, didalam AD/ART PPM baik hasil Munaslub 2019 maupun hasil Munas X 2024 di Batam disebutkan bukan hanya Ketua Umum LVRI, namun ada Panglima TNI, Kasad, Kasal, Kasau dan Kapolri yang bersifat kolektif kolegial.
“Dalam Kepres sendiri telah mempertegas terkait bagan organisasi LVRI mulai dari DPP, DPD dan DPC hubungan dengan PPM adalah secara ke samping dan garis putus-putus yang artinya jedudukan dan sifatnya adalah koordinasi. Jadi saya berharap kepada PPM-LVRI mulai dari PP, PD dan PC tetap konsisten untuk menegakkan konstitusi, jangan sekali-kali dibarengi dengan interes-interes tertentu, karena kalau itu terjadi maka untuk menjadi avonturir bahkan menjadi pengkhianat akan sangat terbuka bagi siapapun,” pungkas Nehry Mangkuto Ameh.
Kegiatan yang dihadiri oleh hampir seluruh senior PPM yang pernah berkiprah di wilayah DKI Jakarta juga dirangkaikan penyerahan sebanyak 19 Piagam Penghargaan PPM-LVRI kepada para Senior PPM oleh Ketum Berto.
Dalam kesempatan yang sama, Ketum PP PPM-LVRI Berto Izaak Doko mengatakan, penghargaan dia berikan kepada 19 senior PPM di wilayah DKI Jakarta. Penghargaan itu, kata Berto, adalah sebuah bentuk apresiasi kepada mereka yang telah mendedikasikan diri dan hidupnya untuk PPM.
“Siapa pun dia, yang berada di sekretariat maupun senior-senior yang selama ini mendedikasikan hidup mereka di PPM perlu diberikan apresiasi,” imbuh Berto.
Untuk Dewa Rai, lanjut Berto, diberikan jaket pula. “Karena dia adalah salah satu ketua. Saat dia menjadi ketua, tanggung jawabnya, kan lebih sehingga ada nilai lebih yang kami berikan berupa jaket,” jelas Berto.
Artinya, papar Berto, penghargaan itu merupakan sebuah rasa terima kasih dirinya kepada mereka yang mendedikasikan hidup selama ini kepada PPM, sehingga PPM masih ada hingga sekarang.
“Kedua, adalah supaya mereka mau tetap bersama-sama bergandengan tangan dengan saya yang memimpin saat ini untuk membawa organisasi besar ini kepada tujuannya. Saya tidak bisa berjalan sendiri. Saya perlu dukungan para senior. Dengan rasa terima kasih dan apresiasi saya kepada senior, saya berharap ke depannya tetap disupport dan didukung,” terang Berto.
Acara silaturahmi diakhiri dengan pembacaan Surat Pernyataan Bersama Senior PPM oleh salah satu Senior PPM DKI Jakarta Diki Indanto.
REDAKSI | EDITOR: EP





