KH Dimyati Rois Berpulang ke Rahmatullah

KH Dimyatii Rois, pengasuh Ponpes Al-Fadlu wal Fadilah yang didirikannya di Kp. Djagalan, Kutoharjo, Kaliwungu, (Media NU untik Jawa Pos)
Waktu Baca : 2 minutes

TANHANANEWS.COM, Jakarta — Nahdlatul Ulama (NU) dan juga umat Islam di Indonesia kembali kehilangan ulama khos KH Dimyati Rois, Pengasuh Pondok Pesantren Al Fadhlu wal Fadhilah Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah berpulang ke Rahmatullah Jumat (10/6/2022) sekitar pukul 01.13 WIB.

’’Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun, mohon maaf apabila semasa hidup Abah Saya melakukan kesalahan. Semoga amal ibadah beliau diterima…,” tulis Ning Lama’atus Sobah, salah seorang putri Mbah Dim, di akun Facebook.

Mbah Dim—panggilan akrab KH Dimyati Rois—wafat di Rumah Sakit Tlogorejo, di usia 77 tahun. Ulama kharismatik lahir di Tegal Glagah Bulukamba, Brebes, Jawa Tengah, pada 5 Juni 1945. Beliau melepas masa lajangnya pada 1978 dengan mempersunting Nyai Hj Tho’ah, putri tunggal KH Ibadullah dan Hj Fatimah. Dari pernikahannya dikaruniai 10 anak.

Almarhum merupakan mustasyar PBNU, yang juga ketua Dewan Syura DPP PKB. Pada Muktamar NU ke-34 di Bandar Lampung Desember 2021 lalu, almarhum merupakan salah seorang dari 9 anggota ahluil halli wal aqdi (AHWA). Sembilan ulama pilihan untuk menetapkan Rais Aam, jabatan tertinggi di NU. Demikian juga di muktamar ke-33, Jombang, 2015.

Kepergian Mbah Dim begitu cepat tersiar melalui grup-grup WhatsApp. Ucapan duka cita pun mengalir dari banyak kalangan. ”Masih larut dalam duka atas wafatnya Buya Syafi’i dan Kiai Luthfi Thomafi, kini kiai sepuh pejuang dan pengayom –KH. Dimyati Rois Kaliwungu– menyusul pulang ke haribaaNya. Inna lillahi  wainna ilaihi rajiun. Mautul ‘alim maupun ‘alam. Alfatihah. Semoga Allah merahmati kita semua,” tulis KH Mustofa Bisri (Gus Mus) di akun Facebook.

Mbah Dim adalah pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fadlu wal Fadilah yang didirikannya di Kp. Djagalan, Kutoharjo, Kaliwungu, pada 1985. Selama hidup, beliau nyantri di berbagai pesantren. Di antaranya, Ponpes Lirboyo dan APIK Kaliwungu. Karena kehebatan yang dimiliki, belia diambil menantu KH Ibadullah Irfan, sesepuh dan tokoh masyarakat Kaliwungu.

Sebagaimana tradisi kiai besar di lingkungan NU, beliau merupakan orator ulung. Pitutur dan nasihat-nasihatnya mampu membius jamaah.

Selalu setia memenuhi undangan masyarakat untuk memberikan sirahama rohani. Dari kampung ke kampung. Keserhanaan, keramahaan, dan pengaruhnya yang luar biasa, membuat ndalem atau rumahnya selalu menjadi jujukan banyak orang. Termasuk para tokoh nasional.

Salah satu kelebihan lain dari beliau adalah kemampuannya dalam bidang kewirausahaan. Tak hanya mengajar mengaji dan berkeliling memberikan ceramah agama, Mbah Dim juga memiliki berbagai usaha. Melatih para santrinya untuk bisa berwirausaha.

Terutama dalam bidang pertanian dan perikanan. Selain menguasi ilmu nahwu, sharaf, usul fiqih, dan ilmu-ilmu di kalangan pesantren lainnya, beliau juga dikenal sebagai kiai yang banyak memiliki ilmu hikmah.

Mbah Dim merupakan putra kelima dari sepuluh bersaudara, dari pasangan KH Rois dan Bu Nyai Djusminah. Latar belakang orang tua beliau asli turunan petani dan santri. Baik dari pihak ayah maupun dari ibu.

JAWA POS