Gus Yahya: Islam “Rahmatan Lil Alamin” Jadi Solusi Perdamaian Dunia

Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (kanan) sebagai narasumber International Conference on Islam and Human Rights (ISIHR), Jumat (10:12:2021). (ANTARA:HO-PBNU)
Waktu Baca : 2 minutes

TANHANANEWS.COM, Jakarta — Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya optimistis solusi perdamaian dunia bisa terwujud dengan konsensus Islam “Rahmatan Lil Alamin”.

“Dunia bisa memilih jalan ini. Jika jalan ini menjadi konsensus sosial, aspirasi fundamental dari seluruh masyarakat maka ini bisa menjadi penentu tiap pemerintah atau negara dalam pergaulan di internasional,” kata Gus Yahya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (11/12/2021).

Pandangan Gus Yahya soal Islam “Rahmatan Lil Alamin” atau Islam untuk seluruh alam semesta disampaikan pada International Conference on Islam and Human Rights (ISIHR), Jumat (10/12). Konferensi yang digelar Kementerian Agama bekerja sama dengan Komnas HAM ini mengusung tema ‘Islam dan Hak Asasi Manusia’.

Konsensus Islam melalui spirit Islam “Rahmatan Lil Alamin” yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan kuat serta universal sangat efektif dan kontributif dalam penciptaan perdamaian tersebut.

Gus Yahya mengatakan perdamaian dunia sangat bisa terwujud karena pada hakikatnya setiap manusia memiliki keinginan untuk hidup dalam penuh kedamaian. Kesamaan tujuan kolektif itu hanya bisa terbentuk jika setiap orang memiliki kesadaran untuk saling menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sifat hak asasi ini sangatlah global sehingga bisa menembus berbagai latar belakang, kewilayahan hingga kepentingan.

Gus Yahya menegaskan melalui organisasi kemasyarakatan Islam Nahdlatul Ulama (NU), dia tak henti mengampanyekan nilai-nilai hak asasi manusia yang sangat universal itu baik di level masyarakat bawah hingga dunia internasional.

Model perdamaian Islam “Rahmatan Lil Alamin” yang diusung NU terbukti sangat relevan untuk membangun konsensus sosial di berbagai wilayah.

“Saya selalu berupaya mengajak atau memperkuat gerakan perdamaian di tingkat akar rumput hingga membentuk konsensus sosial. Saya yakin itu bisa karena semua orang mau hidup dalam perdamaian,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah itu.

Kandidat ketua PBNU itu mengungkapkan, NU memiliki komitmen besar untuk membangun perdamaian lewat gerakan Islam “washatiyah” (moderat) dalam kerangka menuju peradaban dunia yang lebih baik dan bermartabat. Upaya besar NU, antara lain dikuatkan melalui teologi “ukhuwah basyariah” yang pernah dicetuskan oleh KH Achmad Siddiq pada 1984. Ikhtiar ini terus diperkokoh, antara lain lewat Deklarasi Nahdlatul Ulama pada event International Summit of Moderate Islamic Leader (ISOMIL) pada 2016.

Setahun berikutnya, NU mengajak dunia mengakhiri segala konflik lewat Deklarasi Islam untuk Kemanusiaan dilanjutkan Manifesto Nusantara pada 2018, sedangkan. pada 2019 NU juga menggelar Bahtsul Masail Musyawarah Nasional Alim Ulama di Kota Banjar.

ANTARA