Pemimpin AS Serukan Persatuan dalam Peringatan 9/11

Bendera AS terpasang di monumen 9:11 Memorial dalam peringatan 20 Tahun serangan teror 11 September di Manhattan, New York, 11 September 2021. (Foto- Mike Segar:Reuters via VOA Indonesia).
Waktu Baca : 2 minutes

TANHANANEWS.COM, Jakarta — Para pemimpin Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (11/9/2021) berbicara tentang bagaimana peristiwa 11 September 2001 mengubah mereka, negara mereka dan dunia selamanya. Hal itu disampaikan dalam serangkaian upacara yang memperingati 20 tahun serangan teroris terburuk dalam sejarah modern.

Dalam serangkaian pidato, mereka mendesak warga AS untuk merangkul persatuan yang sangat kental pada hari-hari setelah serangan itu.

“Pada hari-hari pasca 11 September, 2001, kita semua diingatkan bahwa persatuan itu bisa terjadi di Amerika,” kata Wakil Presiden Kamala Harris, yang berbicara di Shanksville, Pennsylvania. Tempat itu adalah lokasi jatuhnya pesawat United Airlines Flight 93, yang menewaskan ke-44 orang di dalamnya, setelah para penumpang melawan para pembajak, melansir dari VOA Indonesia Minggu (12/9/2021).

“Kita diingatkan juga, bahwa persatuan itu harus ada di Amerika. (Persatuan) itu penting bagi kesejahteraan dan keamanan nasional kita, serta posisi kita di dunia,” imbuh Harris.

Mantan presiden George W. Bush, juga hadir di Shanksville. Dia berbicara tentang peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahannya.

“Bagi mereka yang terlalu muda untuk mengingat dengan jelas hari di bulan September itu, sulit untuk menggambarkan perasaan campur aduk yang kami alami,” katanya.

“Ada rasa ngeri yang luar biasa, tapi juga ada kekaguman pada keberanian dan kebaikan orang-orang. Ada rasa syok yang sangat hebat, tapi juga ada rasa syukur bagi tindakan heroik yang dilakukan oleh mereka yang menentangnya,” ujar Bush.

Serangan itu mendorongnya meluncurkan Perang Global terhadap Teror, yang berlangsung hingga hampir 20 tahun. Upaya itu menjadi perang terlama yang melibatkan AS dan menewaskan ribuan tentara AS serta banyak warga sipil di Irak dan Afghanistan.

Presiden AS Joe Biden mengakhiri konflik di Afghanistan bulan lalu. Dia menarik semua personel militer dan diplomatik.

Dalam pidatonya, Biden mengatakan bahwa rakyat AS mampu bersatu padu dalam keadaan terburuk.

“Pada beberapa minggu dan beberapa bulan pasca serangan 9/11, saya bangga memimpin warga yang luar biasa, tegar, dan bersatu,” ujarnya.

“Dalam hal persatuan Amerika, hari-hari semacam itu sepertinya sulit terwujud. Kekuatan jahat sepertinya selalu mengubah segala ketidaksepakatan menjadi argumen, dan setiap argumen menjadi bentrokan budaya. Politik kita sepertinya selalu dipengaruhi oleh kemarahan, ketakutan dan penolakan. Itu membuat kita khawatir akan masa depan bangsa,” imbuh Biden.

Seruannya untuk bersatu senada dengan pernyataan yang disampaikannya pada semalam sebelumnya. Dalam rekaman video, Biden menggunakan momen ini untuk kembali menyerukan persatuan di AS yang semakin terpecah belah, di mana para pejabat intelijen telah mengidentifikasi terorisme domestik sebagai ancaman serius.

“Persatuan adalah hal yang menentukan siapa kita,” ujarnya.

“Yang paling baik bagi AS. Bagi saya, itu adalah pelajaran penting dari 11 September 11 bahwa pada momen yang paling rentan, yang menjadikan kita manusia, dalam upaya pencarian jiwa Amerika, persatuan adalah kekuatan terhebat. Persatuan bukan berarti kita meyakini hal yang sama. Kita harus punya kehormatan dan keyakinan fundamental satu sama lain dan pada bangsa ini.”

Di Ground Zero di New York, para anggota keluarga bergantian membacakan dengan keras nama-nama korban. Mereka memulainya tak lama setelah bel berbunyi pada pukul 08.46 pagi yang menandai waktu ketika American Airlines Flight 11 jatuh di North Tower World Trade Center — dan 17 menit kemudian, United Airlines Flight 175 mengenai South Tower.

Para anggota keluarga juga memberikan beberapa kenangan pribadi mengenai pasangan, kakak-adik, orangtua dan kakek nenek yang ikut jadi korban. Sebagian menangis, berpelukan dan bergetar ketika mendengarkan ke-2,977 nama. Angka itu tidak termasuk ke-19 pembajak yang tewas dalam serangan bunuh diri itu.

VOA INDONESIA