TANHANANEWS.COM, Jakarta – SMA Pradita Dirgantara Boyolali, Jawa Tengah menggelar acara Webinar bertajuk Pemanfaatan Maggot (Hermetia Illucens) sebagai Inovasi Sistem Edukasi Pengelolaan “Multy Ekosystem Farming and Zero Waste”, dengan pembicara Dr. Melta Rini Fahmi, S.Pi., M.Si., dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
Dalam rilis yang diterima Tanhananews.com, Selasa (16/3/2021), humas SMA Pradita Dirgantara menyebutkan Dr Melta Rini menyampaikan empat point yaitu, tentang apa itu Larva BSF (Maggot), mengapa dan bagaimana cara kita memproduksinya, serta bagaimana aplikasi dan prospek bisnis maggot. Maggot adalah salah satu dari sekian banyak jenis lalat yang ternyata memiliki banyak manfaat.
Maggot (Larva Black Soldier Fly) atau yang dikenal sebagai lalat tentara ini, memiliki ukuran lebih panjang dan besar. Meskipun dari keluarga lalat, namun BSF tidak menularkan bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada manusia. Maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. “Satu hal yang menarik maggot dapat mengolah sampah organik, hanya dalam 9-12 hari sampah tereduksi hingga 10% menjadi pupuk.” Terang Dr. Melta Rini.
Pemanfaatan Maggot menjadi penting mengingat Indonesia mengalami darurat sampah, dengan produksi sampah kurang lebih 175.000 ton sampah perhari, dan 63% nya adalah sampah organik. Oleh karena banyaknya persentase sampah organik, maka kita perlu melakukan kegiatan-kegiatan pengelolaan sampah organik. Kegiatan yang bisa dilakukan seperti melakukan kampanye terkait sampah organik terutama limbah makanan, pilah di tingkat paling bawah seperti Resort, hotel, rumah sakit, serta mengelola Biokonversi.
Produksi Maggot terbagi dalam 2 cara, yang pertama ialah memproduksi maggot langsung dari alam atau yang dikenal dengan Open System, dimana produksinya langsung terintegrasi dengan perkebunan. Yang kedua Close System dengan memelihara Maggot ditempat yang terkontrol atau yang disebut dengan insektarium. Pemanfaatan Maggot dalam mendukung industry perikanan dan peternakan menjadi sektor ekonomi baru yang berbasis lingkungan (economic environmental friendly). Di akhir paparan Dr Melta menyebutkan bahwa pengaplikasian maggot dalam mengolah limbah makanan (Food waste) butuh kerjasama dari berbagai sektor, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perindustrian, Dinas Perikanan, Pertanian dan Peternakan dan Pihak swasta.
Ketua Umum Yasarini Ibu Nanny Hadi Tjahjanto mengatakan dengan adanya webinar kali ini beliau berharap maggot dapat menjadi agen alternatif yang menjanjikan yang mampu menekan volume sampah organik, dan juga mempunyai nilai ekonomis, serta dapat dimanfaatkan oleh SMA Pradita Dirgantara dalam program kolam terpadu dan Poultry Centre yang telah dibangun di sekolah ini untuk menunjang pembelajaran dan pemanfaatan lingkungan.
Bapak Dwi A Yuliantoro, selaku Direktur Direktorat Pengembangan Sekolah Pradita Dirgantara dalam closing statementnya mengatakan bahwa beliau berharap semoga dengan acara webinar kali ini akan tercipta Duta Sampah Organik yang berasal dari siswa-siswi SMA Pradita Dirgantara karena ketika kita membicarakan sesuatu hal yang organik maka itu berhubungan dengan sesuatu hal yang memiliki nilai jual yang tinggi dan tentunya akan bermanfaat bagi diri sendiri dan juga masyarakat.
Webinar kali ini diikuti oleh siswa kelas X, XI, dan XII serta para guru, staff, pengurus Yasarini, badan pengelola bidang pendidikan SMA Pradita, serta manajemen SMA Pradita Dirgantara.
(Redaksi)