Pemkab Purworejo Dorong Sentra Produksi Garam Krokos Organik di Grabag

Bupati Purworejo panen garam di Desa Patutrejo. (Foto: Jarot S)
Waktu Baca : 2 minutes

TANAHANANEWS.COM, Jakarta — Kabupaten Purworejo dengan garis pantai sepanjang 22 kilometer dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi produsen garam organik.

Hal tersebut disampaikan Bupati Purworejo Agus Bastian SE MM saat meninjau sentra produksi garam krokos organik yang dirintis Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar) Pendowo Limo Desa Patutrejo Kecamatan Grabag. Kabupaten Purworejo, Kamis (29/7/2021).

“Purworejo memiliki potensi yang cukup besar, punya garis pantai sepanjang 22 kilometer dan lautan lepas Samudera Hindia,” katanya.

Menurutnya, garam berpotensi dikembangkan mengingat tingginya kebutuhan masyarakat maupun industri. Secara nasional, lanjutnya, kebutuhan garam untuk industri diperkirakan mencapai 4,6 juta ton untuk tahun 2021. Untuk mencukupi kebutuhan, Indonesia masih impor garam dari sejumlah negara.

Selain itu, garam yang diproduksi di Purworejo memiliki kualitas yang bagus dengan kadar Natrium Clorida (NaCl) mencapai 97,49 persen. Bahkan, kata Bupati, garam tersebut kerap dimanfaatkan masyarakat dengan cara tertentu untuk menjaga kesehatan.

“Ada informasi kalau garam organik atau yang sering disebut garam krokos ini bisa digunakan dengan cara tertentu untuk kesehatan, karena kandungan NaCl yang sangat tinggi mampu melepaskan virus yang menempel di organ tubuh,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Purworejo Wasit Diono menuturkan, produksi garam dilakukan dengan memanfaatkan lahan bekas tambak udang. Pembuatannya menggunakan sistem tunnel.

Dikatakan, pengenalan produksi garam dengan sistem tunnel dilakukan sejak tahun 2018 oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal bekerjasama dengan DPPKP Kabupaten Purworejo. Penggaraman sistem tunnel, katanya, merupakan metode baru yakni model tertutup dengan lahan terasering.

Penerapan model tertutup bertujuan agar produksi garam bisa berlangsung sepanjang tahun, walaupun musim hujan. Meski berada dalam ruang yang tertutup plastik, tetap ada panas sehingga proses kristalisasi dapat terjadi.

Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak secara bertingkat agar air dapat mengalir kapan saja dengan gaya gravitasi. “Sistem pembuatan garam ini secara organik, tidak menggunakan bahan kimia tambahan, serta ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah yang berbahaya,” paparnya.

Wasit menjamin air laut minim cemaran yang diproses dengan sistem tunnel, mampu menghasilkan garam dengan kualitas bagus. “Hasil produksi garam laut selatan dengan kualitas bagus, warna putih bersih, dengan kadar NaCl 97,49 persen. Kandungan garam pantai selatan Purworejo itu sudah diteliti Sucofindo Semarang dan layak masuk ke sektor industri,” ungkapnya.

Petani garam Purworejo mampu memproduksi 2,2 ton garam pada Januari 2021 dan naik menjadi 3,1 ton pada bulan Mei. Garam krosok itu dijual dengan harga Rp 2.500 perkilogram, Rp 4.000 perkilogram, dan Rp 5.000 perkilogram.

Sumber : KRJOGJA