TANHANANEWS.COM, Jakarta — Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus meningkatkan kapasitas pembangkit listrik panas bumi terpasang untuk memberikan kontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia sebagai dukungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) pada aksi iklim dengan menerapkan program berbasis Environmental, Social, dan Governance (ESG).
“Rencana kami untuk memperluas kapasitas akan mendukung Indonesia mencapai target net zero emisi pada tahun 2060,” ujar Chief Financial Officer (CFO) Pertamina Geothermal Energy NelwinAldriansyah dalam diskusi di UN Global Compacttentang ambisi bisnis untuk aksi iklim yang diadakan secara virtual pada Rabu malam (10 November).
UN Global Compact adalah “inisiatif sukarela berdasarkan komitmen CEO untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan universal, dan mengambil langkah-langkah untuk mendukung tujuan PBB”.
Pertamina juga menegaskan kembali komitmen pencapaian SDGs melalui implementasi program berbasis Environmental, Social, dan Governance (ESG) di wilayah operasionalnya.
Menurut Aldriansyah, PGE berencana menerbitkan sendiri windgreen bond pada semester pertama tahun depan (2022) selain rencana green bonds holding perusahaan PT Pertamina di tahun 2022.
“Green bond akan digunakan untuk refinancing pinjaman konvensional kami yang ada dan juga untuk membiayai rencana belanja modal kami dalam mengembangkan proyek panas bumi baru di Indonesia,” katanya.
Dengan inisiatif seperti itu, lanjut dia, PGE berharap dapat menambah hingga 375 megawatt (MW) – dari 672 MW saat ini – dalam kapasitas terpasang dari pembangkit listrik tenaga panas bumi dalam empat tahun ke depan.
“Kami menargetkan total kapasitas terpasang menjadi 1.500 megawatt pada 2030,” kata Aldriansyah.
Ia optimistis dengan tambahan kapasitas tersebut, PGE akan berkontribusi signifikan terhadap rencana Pertamina untuk melakukan dekarbonisasi dan mengurangi emisi hingga 30 persen pada 2030.
“Pada kapasitas kami saat ini, kami saat ini mengurangi emisi sekitar 3,5 juta ton karbon dioksida (CO2) per tahun. Dan dengan kapasitas tambahan, kami berharap dapat mengurangi emisi lebih lanjut hingga enam juta ton dalam empat tahun ke depan, dan untuk 12 juta ton pada tahun 2030,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Aldriansyah juga menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia bertujuan untuk meningkatkan penggunaan bauran energi dari sumber energi terbarukan, dari saat ini 12 persen menjadi 23 persen pada tahun 2025.
Ia meyakini bahwa peningkatan penggunaan bauran energi akan memberikan ruang yang luas bagi perusahaan energi terbarukan, seperti Pertamina Geothermal Energy, untuk meningkatkan kapasitas terpasangnya dan memberikan kontribusi yang lebih tinggi terhadap pengurangan emisi.
CFO yakin rencana pembiayaan, termasuk penerbitan greenbonds tahun depan, dapat mendukung pertumbuhan kapasitas di masa depan yang akan memberikan kontribusi signifikan terhadap tujuan Pertamina melakukan dekarbonisasi.
“Hal ini juga sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia terhadap Paris Agreement dan tujuan No.13 dari SustainableDevelopment Goals (SDGs) mengenai aksi iklim,” tambah Aldriansyah.
PERTAMINA | EDITOR : EDDY PRASETYO