JAKARTA, TANHANANEWS.COM — Kementerian Luar Negeri RI sebelumnya menyampaikan bahwa The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah menetapkan arsip dokumenter Indonesia yang bernilai sejarah tinggi diantaranya Pidato Soekarno ‘To Build the World Anew‘ dan Hikayat Aceh sebagai Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the World).
Ketetapan tersebut dalam Sidang Dewan Eksekutif ke-216 UNESCO di Paris pada Mei 2023 lalu, berikut deskripsinya sebagaimana dikutip dari laman resmi UNESCO:
Pidato Sukarno: ‘Membangun Dunia Baru’ 30 September 1960
Pengirim: Indonesia
“To Build the World Anew” adalah pidato yang disampaikan pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-15 pada tanggal 30 September 1960 di New York, Amerika Serikat.
Hal tersebut disampaikan oleh Sukarno, presiden pertama Indonesia dan tokoh nasionalis yang memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, serta tokoh terkemuka di kalangan pemimpin Asia Afrika pada masa dekolonisasi.
Pidato tersebut direkam dalam bentuk tekstual, foto, rekaman suara dan arsip film. Dalam pidatonya, Sukarno memaparkan pemikiran konseptualnya tentang nasionalisme, antikolonialisme dan antiimperialisme, solidaritas dan keadilan sosial antar bangsa, kebijakan koeksistensi dan perlucutan senjata secara damai, rekonstruksi/penguatan PBB, dan Pancasila sebagai alternatif. ideologi.
Dengan menguraikan konsep-konsep ini, Sukarno mengartikulasikan keinginan negara-negara yang baru merdeka untuk diakui sebagai anggota masyarakat internasional yang setara.
Konsep Sukarno juga telah mendorong negara-negara lain di dunia untuk lebih giat menciptakan perdamaian dan kesetaraan dunia, yang diwujudkan dalam Gerakan Non Blok pada tahun 1961.
Hikayat Aceh – Tiga manuskrip tentang kehidupan di Aceh, Indonesia, pada abad ke-15-17
Pengirim: Indonesia, Belanda
Hikayat Aceh adalah sejarah adat abad ke-17 dari bekas kesultanan Aceh yang terletak di ujung utara pulau Sumatera, Indonesia. Ditulis dalam bahasa Melayu dalam aksara Arab, buku ini mengisahkan dan memuji Sultan Iskandar Muda Aceh (1583-1636; memerintah 1607-1636; pahlawan nasional Indonesia sejak 1993).
Teks tersebut berisi banyak cerita tentang kehidupan dan adat istiadat di istana Aceh, hubungan dengan dunia luar (termasuk Portugal, Cina, dan Turki), persaingan internal, perang, dan agama (Islam).
Ini adalah karya unik yang menggunakan gaya sastra Melayu tradisional dengan pengaruh Persia yang kaya, penuh dengan beragam informasi dan detail sejarah. Hikayat Aceh berbeda dengan kronik-kronik keraton sebelumnya dalam arti bahwa Hikayat Aceh membahas tentang kehidupan satu orang.
Meskipun komposisinya “Melayu”, teks tersebut merepresentasikan tradisi hagiografi yang lebih tua yang dibentuk terutama setelah contoh-contoh Persia yang mungkin dipesan oleh putri Iskandar Muda, Sultana Safiyyat al-Din Syah (memerintah 1641–1675).
Hikayat Aceh adalah alat yang sangat diperlukan bagi semua yang tertarik dengan sejarah Aceh dan ciri-ciri politik, budaya, dan agamanya yang luar biasa.
SUMBER: UNESCO | EDITOR: EDDY PRASETYO