FSAB Gelar Webinar Suluh Pancasila Memajukan Indonesia dan Perdamaian Dunia

FSAB Gelar Webinar Suluh Pancasila Memajukan Indonesia dan Perdamaian Dunia - Foto : TANHANANEWS.COM/FSAB
Waktu Baca : 4 minutes

TANHANANEWS.COM, JAKARTA — Forum Silahturahmi Anak Bangsa (FSAB) menggelar Webinar dengan mengambil tema “Suluh Pancasila untuk Memajukan Kebudayaan Indonesia dan Perdamaian Dunia”, pada Selasa, 10 Juni 2025.

Melalui keterangannya, Rabu, 11 Juni 2025 disebutkan bahwa kegiatan tersebut sebagai rangkaian memperingati hari lahir Pancasila serta dalam rangka melestarikan, mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dan bahkan mengaktualisasikannya dalam misi perdamaian di kehidupan masyarakat International.

Acara yang dipandu oleh Dahlan Khatami (Forum Peduli Literasi Masyarakat) sebagai Host, dan Emanuel Rahman Odo (FSAB dan Mahasiswa UKI) sebagai moderator, menghadirkan tiga narasumber, yakni Judi Wahyudin, M.Hum (Sesditjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan), Zastrouw Al-Ngatawi (Budayawan dan Makara Art Center UI), Hizra Marisa, S.IP., M.Si (Dosen HI Universitas Paramadina), serta Dubes Nurrachman Oerip (Ketua Bidang Hubungan Internasional Senawangi dan Ketua Living ICH Forum 2023).

Untuk kesempatan pertama, Judi Wahyudin menyampaikan paparannya, dalam penjelasannya, ia mengatakan bahwa Kementerian Kebudayaan memiliki tugas dan fungsi yang khusus yaitu jika mengacu peraturan presiden – di bidang kebudayaan – dan fungsinya dengan pelaksanaan kebijakan di antaranya pelindungan kebudayaan, pelestarian, dan lain-lain.

“Kebudayaan sejatinya adalah milik masyarakat dan jika dicermati kegiatan kebudayaan itu hampir ada di semua badan atau lembaga di pemerintahan, dan semua ini disusun bernafaskan Pancasila dari sila pertama hingga sila kelima.” Ungkap Judi Wahyudin.

Sementara itu, Zastrouw Al Ngatawi dalam paparannya, ia mengemukakan bahwa Pancasila adalah salah satu roda adiluhung peradaban nusantara. Pancasila dapat di analogikan sebagai Oase yang menjadi titik temu air jernih dari berbagai suku budaya nusantara. dan Pancasila ini menjadi sumber mata air jernih yang mengalirkan ke seluruh nusantara, bahkan pada tanggal 30 September 1960 pada sidang Umum PBB, Bung Karno menyampaikan Pancasila adalah ideologi universal yang diterima semua bangsa, Pancasila dengan nilai-nilainya itu dapat membangun perdamaian dunia.

“Bahkan pada sidang umum PBB itu, Bung karno mengusulkan Pancasila menjadi piagam pokok PBB. Di karenakan menurut Bung Karno – ideologi yang melampaui ideologi-ideologi dunia. Pancasila bisa melampaui deklarasi independen AS dan manifesto komunis. “ucap Zastrouw Al Ngatawi

Sedangkan, lanjut Zastrouw Al Ngatawi, declaration independen tidak mengandung keadilan sosial, dan manifesto komunis tidak mengandung ketuhanan maupun religiusitas, sehingga dengan demikian Pancasila dapat menjadi solusi alternatif terhadap krisis-krisis persoalan dunia yang bersumber dari kapitalisme, yang tidak peka dan tidak memiliki keadilan sosial dan manifesto komunis yang tidak memiliki religiusitas.

Selain itu Pancasila merupakan tawaran ideologis yang lebih komplit dan universal, dikarenakan Pancasila secara epistemik dan ideologis memiliki potensi untuk menjawab krisis-krisis yang ditimbulkan oleh kapitalisme.

Oleh karena itu, Pancasila harus diaktualisasikan dalam praktek nyata. yang menjadi ideal dalam kehidupan bangsa Indonesia maupun bangsa-bangsa di dunia ini. Pancasila harus di wujudkan dalam gerakan nyata yang operasional dan konkret.

“Tidak hanya itu, kita mesti melakukan Ijtihad kultural, kita harus menjadikan Pancasila sebagai vaksin kultural anak bangsa. vaksin yang bisa meningkatkan imunitas kita. diseminasi vaksin kultural secara potensial dan secara konsepsional bisa dilakukan secara terukur dan terarah.” tandas Zastrouw Al Ngatawi

Usai pemaparan materi dari Zastrouw Al Ngatawi, dilanjutkan dengan penyampaian materi diskusi oleh Hizra Marisa, dalam paparannya, ia menyampaikan tentang Diplomasi Budaya dan Kekayaan Warisan di Era Digital, serta menyampaikan mengenai diplomasi Pancasila yang seringkali di lakukan oleh Bung Karno dalam kancah pergaulan dengan masyarakat International.

Diplomasi Pancasila pertama kali di gaungkan Bung Karno pada Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 di Bandung, Kala itu Bung Karno juga menegaskan bahwa Pancasila itu kuncinya adalah perdamaian dunia dan gotong royong.

“Selain diplomasi Pancasila di dalam hubungan international kita juga mengenal diplomasi budaya, yang tentunya keberadaan Pancasila sangat berpengaruh dalam pembentukan Identitas Bangsa, sehingga dapat menjadi modal untuk menjalankan diplomasi budaya dalam pergaulan dengan bangsa lain di dunia ini.” ucap Hizra Marisa.

Dari tiga narasumber yang telah menyampaikan materinya, kemudian mendapatkan tanggapan dari Dubes Nurrachman Oerip, dalam tanggapannya, ia mengatakan bahwa Jika ingin menghayati dan menelaah pancasila, kita perlu mengkaji pembukaan UUD 1945. Itu merupakan butir-butir luar biasa dari para pendiri bangsa.

Thingking Beyond. 4 alinea ini menggambarkan bagaimana Indonesia ini dibangun dan kuncinya Pancasila. Sekarang yang menjadi bahan pertanyaan adalah mengapa Adam Smith pemikiran-pemikirannya mampu bertumbuh dan berkembang dan menjadi ideologi – liberalisme, kapitalisme. kemudian karl marx pikiran-pikirannya menjadi komunisme.

“Kita harus jujur mengakui pancasila belum menjadi amal ilmiah dan ilmu amaliyah, dan kita harus jujur bahwa ternyata keinginan luhur sudah mulai pudar dan itu amat jelas terlihat para elite penyelenggara negara kita. Dia tidak mau menjadi contoh dan hanya memberi contoh.” tukas Dubes Nurrahman Oerip.

Oleh karena itu, lanjutnya, Diperlukan adanya Suluh Pancasila untuk membangun bangsa. membangun negara ini, serta menjadi sarana dan wahana karakter nasional building, selian itu, dirinya mengusulkan agar merubah Pancasila dari mitos menjadi logos, pengetahuan dan menjadi etos, tidak hanya itu, dirinya juga berharap agar agar suluh Pancasila bisa mewujudkan kesalehan ritual menjadi kesalehan sosial dalam berbangsa dan bernegara.

“FSAB saya pikir sudah tepat mengusung tema ini. karena dalam abad 21 pertarungan budaya dan peradaban kunci penentu maju mundurnya suatu bangsa, bicara budaya tentunya bicara mindset. Tentunya dengan kehadiran Suluh Pancasila secara terprogram, terarah dan terukur, maka bangsa kita terutama gen Z memiliki mindset yang baik dan Tangguh, sehingga dapat memajukan Kebudayaan Indonesia dan tentunya dapat berkonstribusi menjaga Perdamaian Dunia.” Tandas Dubes Nurrahman Oerip.

Acara webinar yang diikuti sekitar 50-an orang, ini nampak sekali antusias peserta untuk menanggapi para narasumber, namun di karenakan waktu yang terbatas, maka tidak semua penanya maupun penanggap dijawab oleh para narasumber.

REDAKSI