Ketum LVRI: Hadapi Tantangan Melalui Pengamalan JSN45 Secara Nyata

Ketua Umum LVRI, Mayjen TNI Purn Syaiful Sulun - Tangkapan Layar Webinar Nasional Harkitnas 2021 - EP
Waktu Baca : 5 minutes

TANHANANEWS.COM, Jakarta — Dalam rangkaian memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2021, Markas Besar (Mabes) Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) menyelenggarakan Webinar Nasional dengan Keynote Speaker, Ketua Umum LVRI, Mayen TNI (Purn) Saiful Sulun dan Narasumber Mayen TNI MAR (Purn) Dr. Nono Sukarno MTh dari LVRI, Dr M Irhas Effendi, MS, Rektor UPN Veteran Yogyakarta dan Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa (25/5/2021)

Webinar yang dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan moderator Irjen Pol (Purn) Drs. Zainal Abidin Ishak, SH diikuti oleh para siswa Taruna TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Kepolisian, Mahasiswa UPN Veteran Jogja, UPN Veteran Jakarta, UPN Veteran Surabaya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Panca Marga (PP PPM), Berto Izaak Doko dan jajaan, serta ketua-ketua PPM Provinsi se Indonesia.

Moderator Irjen Pol (Purn) Drs. Zainal Abidin Ishak, SH

Ketum LVRI mengawali webinar yang mengambil tema “Dengan Semangat Kebangkitan Nasional , Kita Tingkatkan Implementasi Jiwa, Semangat dan Nilai Juang ’45” dengan penyampaian bahwa hari ini dalam upaya pembangunan meneruskan cita-cita kemerdekaan kita menghadapi tantangan baik dari dalam maupun dari luar.

“Kita tidak dapat menghindari tantangan baik dari dalam maupun dari luar, namun belajar dari keberhasilan para pendahulu dalam merebut kemerdekaan dari penjajah, maka kita memerlukan landasan kuat yang mereka wariskan sebagai amanah yang harus kita jaga dan amalkan yaitu Jiwa, Semangat Nilai-nilai 1945,” ujar Saiful Sulun

“Amanah para pendiri bangsa bahwa negara yang kita bangun berdasarkan Pancasila, bukan liberal, komunis atau agama,” lanjutnya

Ketum LVRI juga mengingatkan bahwa Pancasila adalah kekuat dan pemersatu bangsa adalah warisan yang harus terus dijaga dan dilanjutkan, selain rasa cinta tanah air, rela berkorban, pantang menyerah.

“Sebagai generasi penerus bangsa kalian [pemuda] 10 sampai 20 tahun kedepan akan menjadi pemimpin negeri ini, jangan lupakan warisan para pejuang pendahulu, maknai dengan baik kebangkitan nasional yang sesungguhnya melalui sikap cinta tanah air, rela berkorban, pantang menyerah dan percaya pada kekuatan sendiri, karena hanya itulah yang dapat menjamin tegak dan utuhnya NKRI,” pungkasnya.

Narasumber pertama Nono Sukarno dari LVRI memaparkan arti pentingnya sikap dan penjiwaan kebangkitan nasional pada peringatan ke 113 yang dipelopori para pemuda yang tergabung dalam Boedi Oetomo 1908.

Narasumber Mayen TNI MAR (Purn) Dr. Nono Sukarno MTh

“Awal abad ke 20 tepatnya 20 Mei 1908, dalam kondisi penderitaan akibat penjajahan membuat sekelompok anak muda mahasiswa bangkit rasa kepeduliannya melihat kondisi nyata dan berupaya bagaimana mengangkat harkat dan martabat bangsanya yang tertindas,” kata Nono

“Kebangkitan nasional dimaknai sebagai awal penyadaran beberapa pemuda terpelajar, bahwa melawan penjajahan dengan kekuatan fisik seperti yang terjadi sebelumnya hanya membuahkan kegagalan, maka mereka merubah strategi dengan perlawanan secara politis dengan membentuk organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, ekonomi bahkan keagamaan,” ujar Mayjen Marinir Purn kelahiran Solo ini.

Nono Sukarno berharap generasi muda menginspirasi para pejuang pendahulu dalam memperingati hari kebangkintan nasional kali ini untuk menghidupkan kembali Jiwa Semangat dan Nilai-nilai Juang 1945 dengan tetap memiliki rasa kepedulian, rasa keberanian antar pemuda di seluruh Nusantara.

“Kebangkitan nasional 1908 menjadi titik awal penyadaran pada penyatuan sikap yang 20 tahun kemudian tercetus dalam kongres Sumpah Pemuda 1928, satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa dilandasi cita-cita kemerdekaan yang tidak pernah padam, sehingga pada momentum yang tepat saat Jepang menyerah pada Sekutu dan kegagalan Inggris termasuk Belanda yang ingin kembali menguasai bangsa ini, maka 1945 pera pemuda mampu melepaskan dari penjajahan melaui perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia,” paparnya

Pada sesi penutup Nono Sukarno berpesan bahwa tantangan hari ini korupsi, kemiskinan, pengangguran, narkoba serta paham-paham radikalisme harus dilawan dengan mengamalkan nilai-nilai kejuangan JSN45

“Pemuda sebagai agen perubahan dan agen pembangunan harus memahami secara baik dan benar sejarah perjuangan pada pendahulu yang telah mewariskan sikap serta perilaku melalui JSN45. Lakukan yang terbaik dan jadikan nilai-nilaji juang sebagai karakter yang membedakan kita dengan bangsa lain,” pungkasnya.

Sementara M Irhas Effendi membahas tentang era industri 4.0 dan era society 5.0 yang harus dijalani dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang tangguh. ”Banyak dampak negatif, seperti perubahan lapangan pekerjaan, serta budaya literasi yang jauh berbeda. Namun dampak positif adalah munculnya lapangan pekerjaan yang belum ada sebelumnya,” kata Irham.

Narasumber Dr M Irhas Effendi, MS, Rektor UPN Veteran Yogyakarta

Salah satu yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi era otomasi pada 2030, kata Irham, mungkin adalah budaya literasi. Mlihat fenomena society 5.0, jika nilai inti bangsa Indonesia adalah Pancasila lalu bagaimana strateginya khususnya dalam meningkatkan budaya literasi tersebut.

”Karena cukup dilematis, misalnya ketika teknologi pengetahuan melalui internet tidak sebanding dengan kedalaman pemahaman terlebih ada gap(kesenjangan) antar generasi boomer, milenial dan centenial,” paparnya.

Narasumber terakhir Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebut ada kesamaan antara kondisi 1908 yang saat itu dibawah tekanan penjajah dengan saat ini 2021 yang juga dalam tekanan perubahan dan tantangan zaman.

”Sama-sama dibawah tekanan penjajah, hanya cara dan tujuannya berbeda,” ujar Sri Sultan.

Untuk itu, dia menyarankan agar pemuda membangkitkan mutu pendidikan, sebab saat ini realitas pendidikan dirasakan jauh dari cita-cita pencerdasan bangsa.

Ada juga masalah tumpang tindih program, dan program bersifat karikatur serta kuatnya ego sektoral, belum ada sinergi antara sektor yang satu dengan sektor lainnya.

Sri Sultan juga membahas tentang data-data yang dirilis BPS sering tidak akurat sehingga tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur arahan. Belum lagi Bank Dunia kerap memberi arahan yang tidak cocok dengan kebutuhan di daerah.

Narasumber Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Menurut Sri Sultan ada 6 strategi untuk menjawab kegalauan bangsa yang saat ini sedang terjadi : 1. Bangkitkan Mutu Pendidikan; 2. Bangkitkan dari Kemiskinan; 3. Bangkitkan Kesadaran Peduli Lingkungan; 4. Bangkitkan Keserasian Pemulihan Ekononi dan Kesehatan; 5. Bangkitkan Pemerintahan Bebas Korupsi dan 6. Implementasikan JSN45 dengan sprit 1908

“Intinya pemerintahan harus bebas korupsi. Saat ini pemerintahan bebas korupsi di berbagai daerah masih sejauh bayangan, karena kuatnya jaringan korupsi. Untuk itu saya mendorong agar segenap penyelenggara pemerintah gencarkan pelaporan kekayaan pejabat publik untuk mengetahui apakah di dalam kekayaannya ada uang korupsi atau tidak,” tandas Sri Sultan

Pada pentup, Sri Sultan Hamengkubuwono X membacakan Puisi bertajuk Bangkitkan Kita

Bangkitkan Kita – Untuk maju, kita harus bangkit – Bangkit dari diam, dan bergerak. – Bangkit, agar kita berdaya. – Bangkit, karena kita percaya. – Marilah Saudara-Saudaraku, kita bangkit bersama agar hidup ini lebih bermakna.

Editor : Eddy Prasetyo