Oleh : PakDhe Pras
Tidak bisa disangkal lagi kalau 1 Syawal selalu menjadi pertaruhan yang ditunggu-tunggu Umat Islam setiap tahunnya. Karena ditanggal itulah, semua bisa berkumpul, semua bisa berbagi dan semua merasakan kebahagiaan.
Saat malam jelangnya takbir dan tahmid menggema, menjadi atmosphere tersendiri yang dapat melupakan kepenatan setelah 11 bulan bergelut dengan hiruk pikuk dunia dan satu bulan penuh berjuang melawan hawa nafsu, lapar dan dahaga.
Berjalan beriringan menuju masjid dan lapangan tempat sholat ied, terlihat pemandangan kebanggaan, semua menggulirkan senyuman setelah merasa mendapat sebuah kemenangan.
Khutbah ied menjadi terasa lama, karena hanya terbayang sajian yang sudah disiapkan, bahkan jauh-jauh hari sebelum lebaran tiba.
Opor Ayam, Rendang Daging, Sambal Goreng Kentang hingga Kacang Bawang (produksi sendiri) aromanya sampai terbawa kemana-mana, walaupun sungkeman lebih utama dibanding yang lainnya. Sungken Simbah, Sungkem Ibu, Sungkem Bapak dan Sungkem semua, namun ketupat dan tetek-bengeknya memang menggoda.
Kalau sudah begitu, hari menjadi terasa lebih cepat melaju, perasaan mendadak maghrib, sangat berbeda dengan sehari sebelumnya. Seperti kekurangan waktu siang hari, karena kunjungan silaturahmi belum ke semuanya.
Namun kini, sejak ada pandemi, semua menjadi hening dan sepi
Covid-19 merenggut segalanya, guncangan rasa ketakukan, kegamangan dan ketegangan berbaur menjadi satu.
Dorongan keinginan berkumpul keluarga kadang hanya menimbulkan kenekatan melawan sekatan dan pembatasan. Tikuspun dipinjam jalannya sebagai alternatif untuk dapat mencapai kampung halaman.
Bak kata pepatah “setinggi-tingginya bangau terbang akhirnya ke pelimbahan juga”, walaupun harus ditempuh dengan segala resikonya.
Tetapi ya sudahlah, karena kondisinya sudah harus demikian. Semuanya adalah ketentuan, ada saatnya mendengar gema takbir di perantauan.
Selamat lebaran kawan, walaaupun kita harus berjauhan, lupakan dulu opor ayam dan rombongan, maafkan lahir dan batin atas segala kekhilafan, khilaf pikir, khilaf ucap dan khilaf laku selama ini kepada semua kawan dan handai taulan.
*Penulis adalah Penikmat Kopi – Menuju 1 Syawal 1442 H