Dhinda, Atlet Sepatu Roda Papua Mencuri Perhatian di PON XX

Atlet sepatu roda putri Papua, Dhinda Salsabila yang meraih 1 medali emas, 1 perak dan 1 perunggu di PON XX - Humas PB PON XX Papua:Sunyoto
Waktu Baca : 2 minutes

TANHANANEWS.COM, Jakarta — Dhinda Salsabila, atlet Sepatu Roda Putri yang memperkuat Papua di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX akhir-akhir ini ramai diperbincangkan. Paras ayu dan prestasinya terbilang moncer ketika berlaga di PON XX.

Belakangan ini, nama Dhinda Salsabila kian viral di media sosial. Seakan parasnya menjadi magnet di PON XX, khususnya Cabang Olahraga (Cabor) Sepatu Roda.

Dhinda merupakan produk binaan klub Sepatu Roda Papua yang ber-homebase di Bekasi, Cenderawasih Speed Skating. Dhinda resmi bergabung dengan tim sepatu roda Papua sejak awal tahun 2019.

Dhinda tak hanya bermodal paras cantik. Prestasinya di atas sepatu roda sudah terbilang banyak. Mulai dari kejuaraan daerah, tingkat nasional hingga level internasional.

Di usianya yang masih sangat muda, Dhinda bahkan sudah mencatatkan namanya dalam daftar atlet Indonesia peraih medali SEA Games. Tepatnya, di Filipina tahun 2019. Ketika itu, Dhinda menyabet medali perak.

“Saya bergabung dengan tim Papua sejak 2019. Saya adalah binaan klub cenderawasih. PON XX akan menjadi PON kedua bagi saya, setelah yang pertama di Jawa Barat tahun 2016. Sebelum bergabung dengan tim Papua, sudah banyak kejuaraan nasional atau pertandingan antar klub yang saya juarai,” kata Dhinda dalam keterangannya Senin (4/10/2021).

Dhinda akhirnya berhasil mempersembahkan 3 medali untuk Papua di PON XX. Di antaranya, 1 medali emas nomor Individual Time Trial (ITT) 200 meter putri, 1 medali perak nomor ITT 500 meter putri dan 1 medali perunggu secara beregu di nomor terakhir, Team Time Trial (TTT) 10.000 meter putri.

Meski pencapaiannya itu tak sesuai target pribadinya, ia tetap merasa puas bisa ikut menyumbangkan medali untuk Papua.

“Alhamdulillah, kalau diitanya puas pasti saya puas dan saya harus bersyukur dengan hasilnya,” kata Dhinda.

Dara kelahiran Pekanbaru, 11 Agustus 2003 itu  mengaku sempat mendapatkan tantangan berat saat tampil di dua nomor sulit, yang dilombakan di Jalan Holtekamp, nomor maraton 42 km dan TTT 10 km.

Di nomor terakhir, Dhinda bahkan harus dilarikan dengan tandu oleh tim medis karena tak sadarkan diri.

“Kemarin menjadi minggu-minggu yang berat banget buat aku dan tim pastinya. Karena setiap hari ada nomor lomba dan kita harus siapin fisik yang prima dan strategi yang matang. Saya sempat overhit (kepanasan) karena sudah berjuang maksimal banget. Lintasannya (Jalan Holtekamp) oke aja sih, tapi mungkin lebih ke cuacanya yang panasnya ekstrim banget sampai menusuk ke kulit, mungkin itu yang buat tenaga aku terkuras,” ujarnya.

Cabang olahraga sepatu roda sudah resmi berakhir sejak Minggu (3/10/2021). Meski masih terlalu dini menanyakan kemana ia akan berkarier selanjutnya, Dhinda justru bertekad ingin terus membela panji Papua dan mengharumkan nama Papua di ajang olahraga sepatu roda.

“Pastinya aku bakal lanjutin karier aku menjadi atlet. Pastinya atlet Papua, karena memang basic aku atlet jadi ya aku tidak bakal cepat puas sama hasil yang sekarang, dan bakal terus berjuang sih buat nama Papua lebih harum lagi,” ujar Dhinda.

PON XX 2021 PAPUA