Penulisan Kata-kata Bahasa Jawa yang Benar

Penulis : Wiwin Erni Siti Nurlina - Foto : Dokumentasi Pribadi
Waktu Baca : 2 minutes

Penulis : Wiwin Erni Siti Nurlina *)

Artikel ini berisi uraian tentang menulis kata-kata bahasa Jawa dengan pedoman ejaan yang
benar, yaitu Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan (EBJHLYD) . Seringkali kita berhadapan dengan tulisan-tulisan yang kurang tepat, seperti menulis kata-kata yang ora apa-apa ditulis ora opo-opo atau ra popo.

Adanya fakta tersebut, muncul pemikiran bahwa penulisan kata-kata itu tidak mengikuti kaidah ejaan. Artinya, penulisan kata-kata seperti itu tidak sesuai dengan kaidah ejaan yang benar.

Kata-kata dalam bahasa Jawa dapat membingungkan, antara ucapan dan tulisannya. Untuk
kata iya, jika dituliskan iyo/iya yang maknanya sama. Namun, jika kata loro ‘dua’ dan lara
‘sakit’ itu berbeda maknanya.

Uniknya bahasa Jawa dapat dikatakan bahwa “pola pikir” orang Jawa yang terkandung dalam leksikon (kata) bahasa Jawa menunjukkan bahwa bahasa Jawa kaya akan kata-kata yang bentuknya variatif.

Hal itu mencerminkan bahwa orang Jawa memiliki pola pikir yang teliti dan tepat dalam mengungkapkan/memaknai suatu konsep. Sehubungan dengan hal ini, diinformasikan kepada masyarakat (khususnya generasi muda) bahwa apabila merasa bingung dalam menulis kata Bahasa dalam Bahasa Jawa, dapat dilihat kaidah penulisan pada buku Ejaan Bahasa Jawa Aksara Latin (terbitan Kanisius). Kesalahan yang paling sering terjadi di masyarakat ialah penulisan kata-kata bahasa
Jawa yang menggunakan huruf a atau o, yang biasanya terdapat pada spanduk, papan nama,
kaos, dan tas souvenir. Kata-kata berikut dapat dicermati.

Benar                                Salah

apa                                        opo

Iya/ya                                   iyo/yo 

padha-padha                       podho-podho 

sapadha-sapadha               sapodho-sapodho 

kuwasa                                  kuwoso

prakosa                                  prakoso

saiyeg saeko proyo            saiyeg saeko proyo

mata                                        moto

kersa                                        kerso

rosa                                           roso 

Di beberapa restoran, kata mangga dhahar ‘silakan makan’ tertulis monggo dahar. Ada juga kecap yang di botolnya tertulis  Kecap Cap EcoKata eco seharusnya ditulis eca. 

Berbeda dengan penulis penulisan nama orang, penulisan a atau o pada nama orang tergantung pada pemilik nama yang bersangkutan (akte, perda), apakah akan menggunakan atau o, begitu juga dengan nama tempat, gunung, sungao

Wanasari        —      Wonosari 

Purworeja       —      Purworejo 

Sulistya           —     Sulistyo 

Saptana           —     Saptono

Sala                 —      Solo

Bagawanta      —       Bogowonto

Ada juga kata-kata yang sering digunakan di teks lagu Jawa atau campursari penulisannya tidak benar, seperti kata reneya ‘kemarilah’, penulisan yang benar ialah  renea. Akhilan a tidak ditulis  -ya/-wa . Kata baliya ‘pulanglah’,      janjiya ‘berjanjilah’, metuwa  ‘keluarlah’ seharusnya ditulis balia, janjia, metua.

Bagaimanakan dengan penulisan kata mbiyen utawi biyen? Sering kita lihat tulisan yang diberi tambahan /m/ di depan kata.. Hal itu biasanya terdapat pada kata yang dimulai dengan huruf bd,  jg

Salah                         Benar

jaman mbiyen           jaman biyen  (zaman dahulu)

ing mBali                   ing Bali (di Bali)

ing ndalan                 ing dalan (di jalan)

ing njaba                   ing jaba (di luar)

bocah nggunung       bocah gunung (di gunung)

Fonem /m/ itu hanya untuk melancarkan pengucapannya. Jadi suara [m] pada kata  Balibiyen dan suara [n] pada kata dalan,  jaba; [ng] tidak dituliskan.

*) Penulis adalah Peneliti senior di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) – Kepakaran Linguistik – Berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)